It’s just a dare, right?
“Rin-chan??” Meguru sampai di toilet menerka-nerka ruang toilet mana yang Rin masuki.
“Ujung.” Itu suara Rin, dia ada di bilik paling ujung ternyata.
Meguru menghampiri dan berdiri di depan pintu bilik, dan ketika pintu bilik dibuka, Meguru di tarik ke dalam oleh Rin dengan cepat.
“Ih tarik-tarik, kenapa?” Rin diam, ia fokus mengamati wajah Meguru.
Tanpa kata-kata lagi, Rin menarik wajah Meguru mendekat dan mendaratkan kecupan singkat di bibirnya.
“Rin?!! Kenapa gak bilang kalau mau bikin darenya, rekam dulu. Rekam suara aja deh.” Meguru mengeluarkan handphonenya mencari-cari aplikasi perekam suara.
Rin hanya mendesah frustasi, terserah mau Meguru menganggap ini hanya formalitas untuk melaksanakan dare atau apapun, saat ini ia hanya ingin mencium bibir Meguru.
“Ayo.” Meguru kemudian mendekatkan lagi wajahnya.
Suara bibir bersentuhan tersebut cukup keras, sebenarnya Meguru takut akan ada yang mendengar di luar, tetapi ia tetap meyakinkan diri bahwa ciuman itu tidak terdengar sampai keluar.
Rin terus mencium bibir Meguru dengan tempo yang cepat namun tetap terkesan lembut. Setelah sekian lama bermain dengan bibir Meguru, Rin melesakkan lidahnya untun masuk, memaksa Meguru membuka mulutnya.
Meguru yang paham langsung saja membuka mulutnya sehingga terjadi bergulatan lidah di dalam sana. Rin kemudian menarik diri hingga benang saliva terbentuk diantara bibir keduanya.
Rin kemudian mengelap sudut-sudut bibir dan dagu milik Meguru yang basah akibat perbuatan mereka tadi. Tangannya mengambil handphone Meguru kemudian mematikan rekaman suara tersebut dan memasukkan handphone Meguru ke kantong celananya.
Kemudian Rin menarik pinggang Meguru dan menciumnya lagi. Kali ini terkesan lebih memaksa dari sebelumnya. Meguru kewalahan karena tangan Rin dipinggangnya juga tidak tinggal diam. Tangan itu mengelus-elus pinggang Meguru bahkan menarik seragam Meguru untuk keluar, lalu dimasukkannya tangan tersebut agar bersentuhan langsung dengan kulit halus milik Meguru.
“R-rinnhh.” Meguru melenguh disela ciumannya.
Rin tidak membiarkan ciumannya dengan Meguru terlepas, bahkan tangan Rin sudah berpindah ke depan dan mengelus lembut puting milik Meguru.
“Mmhhh, Rin!” Meguru menarik tangan Rin keluar dari bajunya. Frustasi karena Rin tak kunjung melepas ciumannya, Meguru kemudian menginjak kaki Rin.
“Aduh.” Rin langsung melepas ciumannya karena injakan Meguru dikakinya.
“Itoshi Rin orang gila!!!” Meguru membenarkan seragamnya, kemudian mengambil handphonenya dikantong celana Rin dan bergegas membuka pintu bilik toilet tersebut.
“Chira, tunggu.” Meguru menatap tajam Rin.
“Jangan ngobrol sama gua sampai gua suruh. Rin, you know it so well. Everything we did, it’s just a dare, right?” Meguru memandang lurus pada mata Rin dengan tatapan datar.
Hati rin bergetar mendengarnya, perih, sakit, ia ingin menangis saat itu juga. Meguru tidak salah, memang benar semua yang mereka lakukan hanya untuk dare dari teman-temannya. Tetapi, Rin menolak tahu, Rin menolak berpikir bahwa semua hanya dare disaat hatinya berkata bahwa itu nyata, cintanya untuk Meguru itu nyata.
‘Chira, i know. ‘Cause you weren’t mine to lose.’
Rin hanya bisa menunduk, ia hanya melihat kaki Meguru mulai melangkah pergi. Ah, ia salah langkah kali ini.
Meguru berlari setelah keluar dari toilet, tangannya terus memegangi dadanya yang tak berhenti berdetak kencang sejak tadi.
“Anjir, kok tiba-tiba gua bisa bahasa inggris. Mana gua keliatan sok menolak banget lagi, gila gua kalo ikut casting film pasti langsung menang itu.”
Meguru memegang pipinya, hangat. Sepertinya pipi itu merah padam sekarang. Meguru malu setengah mati, ciumannya tadi dengan Rin benar-benar mengobrak-abrik seluruh perasaannya.
Hingga satu tepukan dipundaknya menyadarkan Meguru.
“Chira! Jangan pergi dulu.” Ah, Rin lagi. Ternyata ia mengejar Meguru.
“Apa?!” Nadanya terdengar seperti membentak, padahal ia mati-matian menahan gemetar.
“Lu tadi itu… Lu gak beneran ngomong gitu kan?”
“Kata siapa? Beneran kok.” Meguru tetap mempertahankan wajah coolnya itu di depan Rin.
“Bohong, soalnya tadi lu tiba-tiba bisa bahasa inggris.” Gawat, Rin sadar akan sikap salah tingkahnya.
“Enggak!” Meguru kemudian berjalan meninggalkan Rin, daripada ia harus memperlihatkan wajah merahnya itu pada Rin.
Rin tertawa di belakang sambil menyesuaikan langkah Meguru. “Chira, i like you since we-” Ucapan Rin terputus ketika Meguru menutup mulutnya.
“Aku gak ngerti bahasa inggris!” Mendengar Meguru mengatakan ‘aku’ wajah Rin langsung berseri-seri.
“Hehe, yaudah yang gampang aja. I love you, sunshine.”
“Sunshine siapa?!”
“Hah?” Rin melongo.
“Maksudnya kamu, sunshine.” Meguru menggeleng kuat.
“Aku Chira not sunshine.” Rin langsung tertawa mendengarnya.
“Kenapa ketawa ih?!”